Laman

Senin, 09 April 2012

Harga Diri Rendah

Senin, 9 april 2012


HARGA DIRI RENDAH

A.    MASALAH UTAMA

Harga diri rendah.

B.     PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.

C.    PROSES TERJADINYA MASALAH

Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari.

RENTANG RESPON KONSEP DIRI


 
Respon adaptif                                                                        Respon maladaptif


 


Aktualisasi   Konsep diri                     Harga diri      Kerancuan        Depersonalisasi
     Diri          positif                 rendah             identitas

Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.
            Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
1.      Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksika kejadian yang megancam.
2.      Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran :
a.              Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.
b.          Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c.           Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.




Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:
1.      Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba‑tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopani (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2.      Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama

D.    POHON MASALAH





Resiko isolasi sosial: menarik diri   
 
 
                                                                                                         


 


Text Box: Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

                            
                                                                  
                                                            Core problem


 
                                                            

Berduka disfungsional
 
                                                                                                 
                                                                                                        

                                                                     

E.     MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1.       Masalah keperawatan:
a.       Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b.      Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c.       Berduka disfungsional.
2.      Data yang perlu dikaji:
a.      Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
b.      Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

F.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko isolasi sosial: menarik diri   berhubungan dengan harga diri rendah.
2.      Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.

G.    RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a.       Tujuan umum: sesuai masalah (problem).

b.      Tujuan khusus:
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya
    ‑ Salam terapeutik
    ‑ Perkenalan diri
    ‑ Jelaskan tujuan inteniksi
    ‑ Ciptakan lingkungan yang tenang
    ‑ Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
1.2.Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
1.3.Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
1.4.Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

2.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1.Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2.Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis.
2.3.Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

3.      Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan:
3.1.Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
3.2.Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

4.      Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
4.1.Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
4.2.Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

5.      Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1.Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
5.2.Beri pujian atas keberhasilan
5.3.Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.


6.      Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan:
6.1.Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
6.2.Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
6.3.Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
6.4.Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
























DAFTAR PUSTAKA

@   Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition. Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.
@   Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
@   Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.
@   Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
@   Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
@   Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC

Askep Hipertensi Pada Ibu Hamil

Penulis : hildaNyo, 9 april 2012

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
PADA IBU HAMIL

KONSEP MEDIK
A.   DEFINISI
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi merupakan keadaan dengan tekanan diastolic minimal 90 mmhg atau tekanan sistolik minimal 140 mmhgtau kenaikan sistolik minimal 30 mmhg atau kenaikan tekanan diastolic minimal 15 mmhg (Gary,1995).
Hypertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hypertensi yang telah terjadi sebelum hamil ataupun diketemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hypertensi yang menetap 6 minggu paska persalinan, apapun yang menjadi sebabnya. (Winardi. B, 1991 : 2)
Penyakit hypertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. (Sastrawinata. S, 1984 : 90)
B.   ETIOLOGI
Belum jelas di ketahui
Factor resiko yang terkait dengan perkembangan hipertensi pada ibu hamil :
1.        Congenital
2.        Grand Multigravida
3.        Janin Besar
4.        Kehamilan dengan janin besar
5.        Morbit Obesitas
C.   KLASIFIKASI HIPERTENSY
Menurut American Committee and Maternal Welfare yang dikutip oleh Sulaeman Sastrawinata dalam buku Obstetri Patologi tahun 1981, klasifikasi hypertensi adalah sebagai berikut :
1.         Hypertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah preeklampsia dan eklampsia.
2.         Hypertensi Kronis
Hypertensi sebelum kehamilan atau penemuan hypertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hypertensi ini tetap setelah kehamialn berakhir.
3.      Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi atas dasar hypertensi yang kronis. Pasien dengan hypertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dalam kehamilan dengan gejala-gejala hypertensi yang naik, proteinuri dan edema serta kelainan retina.
4.      Transient Hypertensi
Hypertesi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dalam nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan yang hilang dalam 10 hari post partum.
D.   PATOFISILOGI
Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama kali dianjurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-pembuluh darah halus dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari perubahan-perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena. Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-perubahan  ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel. Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan fibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat.
E.    MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :
1.         Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
2.         Proteinuria samar sampai ­­­+1
3.         Peningkatan enzim hati minimal
Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain:
1.         Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih
2.         Proteinuria + 2 persisten atau lebih
3.         Nyeri kepala
4.         Gangguan penglihatan
5.         Nyeri abdomen atas
6.         Oliguria
7.         Kreatinin meningkat
8.         Trombositopenia
9.         Peningkatan enzim hati
10.     Pertumbuhan janin terhambat
11.     Edema paru
F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan tekanan daah meningkat
2.      USG
3.      Laboratorium
Hitung darah tepi lengkap, trombosit, etrolit serum, ureum, protein, retinin dan asam urat, hematokrit.
4.      Fungsi hati
5.      Fungsi ginjal
G.   PENATALAKSANAAN
1.      Anjurkan melakukan latihan isotonic dengan cukup istirahat baring.
2.      Hindari konsumsi garam yang berlebihan.
3.      Hindari kafein, merokok dan alcohol.
4.      Diet makanan yang sehat dan seimbang
5.      Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan USG.
6.      Pembatasan aktifitas fisik
7.      Kolaborasi pemberian obat anti hipertensi Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian.
8.      Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau “menunggu” terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.

KONSEP KEPERAWATAN
A.   PENGKAJIAN
Pengumpulan data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1.        Identitas pasien
2.        Keluhan utama
3.        Riwayat  penyakit sekarang
4.        Riwayat penyakit dahulu
5.        Riwayat penyakit keluarga
6.        Riwayat psikososial
7.        Riwayat maternal
Pengkajian sistem tubuh
Ø  B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
Ø  B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
Ø  B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.
Ø  B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
Ø  B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam, protein,  tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan,  adanya edema.
Ø  B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural
B.   DIAGNOSA
1.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemi, peningkatan tahanan vaskuler.
2.    Perubahan fungsi jaringan berhubungan dengan hipovolemi, interupsi aliran darah.
3.    Resiko cedera ibu berhubungan dengan hipoksia jaringan, kejang, profik darah abnormal.
4.    Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic dan penggantian kehilangan.
C.   INTERVENSI
1.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemi, peningkatan tahanan vaskuler.
Ø  Pantau tekanan darah dan nadi
Ø  Kaji tekanan arteri rata-rata pada gestasi minggu ke-22
Ø  Lakukan tirah baring dengan posisi miring ke kiri
Ø  Pantau parameter hemidinamik invasive
Ø  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antihipertensi
2.    Perubahan fungsi jaringan berhubungan dengan hipovolemi, interupsi aliran darah.
Ø  Beri informasi mengenai pencatatan gerakan janin dirumah setiap hari
Ø  Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas janin
Ø  Tinjau ulang adanya aborsi plasenta
Ø  Evaluasi pertumbuhan janin
Ø  Pantau DJJ
3.    Resiko cedera ibu berhubungan dengan hipoksia jaringan, kejang, profik darah abnormal.
Ø  Kaji adanya masalah SSP
Ø  Kaji adanya benda-benda ekslamasi
Ø  Lakukan tindakan untuk menurunkan resiko kejang
Ø  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sedatipe
4.    Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic dan penggantian kehilangan.
Ø  Kaji status nutrisi klien
Ø  Beri informasi tentang penambahan BB normal pada kehamilan
Ø  Beri informasi tentang efek tirah baring dan penurunan aktifitas pada kebutuhan protein
Ø  Beri informasi tentang tindakan dan penggunaan protein

D.   EVALUASI
1.        Volume cairan adekuat
2.        Curah jantung adekuat
3.        Perpusi jaringan adekuat
4.        Cidera ibu tidak terjadi
5.        Perubahan nutrisi tidak terjadi
6.        Pengetahuan meningkat


 
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih Wahyu, dkk. 2010. ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS. Nuha Medika: Jakarta