Laman

Senin, 09 April 2012

ASKEP KEHAMILAN EKTOPIK

Penulis : hildaNyo, 9 april 2012


ASUHAN KEPERAWATAN
KEHAMILAN EKTOPIK
A.   DEFINISI
kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Kehamilan intra uterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena pada pars interstisialis tuba dan kanalis servikalis masih dalam uterus tapi bersifat ektopik.kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah di buahi di luar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba  falopii, ovarium, serviks dan abdomen.  Tuba falopii merupakan tempat tersring terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90%).
Kehamilan intra uterin dapat di temukan bersamaan dengan kehamilan ekstra uterin. Dalam hal ini dibedakan 2 jenis yaitu combined ectopid pregnancy dimna  kehamilan intra uterin dapat pada waktu yang sama dengan kehamilan ekstra uterin dan compound ectopic pregnancy yang merupakan kehamilan ekstra uterin lebi dahulu dengan janin sudah mati dan menjadi litopedion.
B.      ETIOLOGI
Etiologi kehamilan ektopik sebagian besar belum di ketahui . tiap kehamilan diketahui dengan pertumbuhan telur dibagian ampula tuba, dan dalam perjalanan keuterus mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba falopii. Faktor yang berperan dalam hal ini adalah sebaga berikut :
1.      Faktor dalam lumen
a.    Endosalpingitis dapat menyebabkan endosalping sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantung batu.
b.    Hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok sehingga sering disertai dengan gangguan fungsi silia endosalping.
c.    Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tidak smpurna.


2.      Faktor pada dinding tuba
a.    Endometiaosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba.
b.    Divertikal tuba congenital atau ostium assesorium tubae dalam menahan telur yang dibuahi ditempat itu.
3.      Faktor diluar dinding tuba
a.    Perlengketan dinding perituba dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perljalanan telur.
b.    Tumor yang menekan dinding tuba.
4.      Faktor lain
a.    Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium ketuba kiri atau sebaliknya.
b.    Vertilisasi invitro.
C.      PATOFISIOLOGI
Proses implantasi ovum terjadi dituba pada dasarnya sama hanya dicavum uteri. Telur bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Secara kolumner telur berimplantasi di ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibaatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan abiasanya telur mati secara dini dan kemudian di resorbsi. Pada nidasi interkolmner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudoapsularis, karena pembentukan desidua tidak sempurna maka dengan mudah vili korealis menembus endosalping dan masuk lapisan otot dengan merusak jaringandan pembulih darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormone estrogen dan progesterone dari korpus luteum gravidarum dan trofoblas uteri menjadi besar dan lembek, endometrium dapat merubah menjadi desidua. Sel epitel membesar dengan intinya hipertropik, hiperkromatik, lobuler dan membentuk tidak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa kadang ditemukan mitosis. Perubahan ini hanya ditemukan pada sebian, kehamilan ektopik, setelah janin mati, desiduaa dalam uterus mengalami degenersi dan kemudian dileluarkan berkeping-keping, tetapi kadang-kadang dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang di jumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh desisua yang degenerative.
D.     MANIFESTASI KLINIK
Tanda gejala kehamilan ektopik
1.      Gejala kehamilan awal (flwk atau perdarahan yang ireguler, mual, pembesaran pemuluh darah, perubahan warna pada vaguna dan serviks, perlunakan serviks, pembesaranuterus, ferkuensi meningkat).
2.      Nyeri pada abdomen dan pelvis.
Tanda gejala kehamilan ektopik terganggu
1.      Kolaps dan kelelahan.
2.      Denyut nadi cepat dan lelah.
3.      Hipotensi.
4.      Hipovolemia.
5.      Abdomen akut dan nyeri pelvis.
6.      Distansi abdomen.
7.      Nyeri lepas.
8.      Pucat.

E.      KLASIFIKASI
Menurut Titus klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya kehalan ektopik adalah:
1.      Kehamilan tuba
Dinding tuba merupakan lapisan luar dan kapsularis yang merupakan lapisan dalam dari hasil konsepsi. Karena tuba tidak dan bukan merupakan tempat normal bagi kehamilan, maka sebagian besar kehamilan tuba akan terganggu pada umur 6-10 minggu kemudian.
Ø Interstisial (2%)
Ø Isthmus (25%)
Ø Ampula (55%)
Ø Fimbrial (17%)
2.      Kehamilan ovarial (0.5%)
Perdarahan pada ovarium ini dapat disebabkan bukan saja oleh pecahnya kehamilan ovarium, tetapi bias oleh rupture kista korpus luteum, torsi, dan endometriosis.
3.      Kehamilan abdominal (0.1%)
Ø Perimer
Implantasi terjadi sesudah dibuahi, langsung pada peritoneum atau kavum abdominal.
Ø Sekunder
Bila embrio yang masih hidup dari tempat primer, misalnya karena abortus tuba tau rupture tuba, tumbuh lagi didalam rongga abdomen.
4.      Kehamilan tuba-ovarial
5.      Kehailan intraligamenter
6.      Kehamilan srvikal
Kehamialn dimana nidasi terjadi pada kanalis servikalis, sehingga dinding serviks menjadi sangat tipis dan membesar. Hal ini jarang ditemukan.
7.      Kehamilan tanduk rahim rudimenter.

F.       PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      USG.
2.      Kadar HCG menurun.
3.      Lparas kopi.
4.      HB (setiap jam menunjakkan penurunan HB).
5.      Leukosit.
6.      Kuldossintesis.

G.     PENATALAKSANAAN
1.      Engobatan mencakup pengangkatan kehamilan ektopik secara bedah karena kondisi mengancam jiwa.
2.      Penggunaan metotekstrat tanpa pembedahan, tetapi menimbulakan efek samping diantaranya: stomatitis, diare, supresi sumsum tulang, kerusakan funfsi hati, dermatitis, pleuritis.

H.     KOMPLIKASI
1.      Haemorargie.
2.      Syok.
3.      Infeksi.
4.      Sub ileus.
5.      Sterilitas.

I.        ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK
1.      Penkajian
a.    Anamnesa: identitas, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat nifas, riwayat biopsikososial spiritual.
b.    Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital.
c.    Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi).
d.    Pemriksaan penunjang (laboratorium USG).
2.      Diagnose
a.    Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba.
b.    Deficit volume cairan yang berhubungan dengan rupture lokasi implantasi sebagai efek dari tindakan pembedahan.
c.    Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pengobatan dan dampak pada kehamilan berikutnya.


3.      Intervensi Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba.
Tujuan: nyeri berkurang
Intervensi:
a.    Kaji skala nyeri.
b.    Medikasi para anastatik (jika pasien mau mejalani pembedahan).
c.    Preparat analgetik (priode pasca operativ).
d.    Anjurkan dan ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
Deficit volume cairan yang berhubungan dengan rupture lokasi implantasi sebagai efek dari tindakan pembedahan.
Tujuan: ibu menunjukkan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan yang bibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil.
Intervensi: Merujuk pada intervensi dioagnosis yang sama dengan abortus.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pengobatan dan dampak pada kehamilan berikutnya.
Tujuan: klien dan keluarga tidak cemas
Intervensi:
a.    Kaji skala ancitas
b.    Beri pendidikan mengenai proses perawatan dan pengobatan yang diberikan kepada lien dan keluarga.
c.    Jelasakan pada kien dan keluarga tentang efek pengobatan.
4.      Evaluasi
a.    Nyeri berkurang.
b.    Keseimbangan cairan stabil.
c.    Klien dan keluarga tidak cemas.





DAFTAR PUSTAKA

Mochtar Rustam, MPH. 1998. SINOPSIS OBSTETRI Jilid 1. EGC: Jakarta

Mitayati. 2009. ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS. Salemba Medika: Jakarta

Purwaningsih Wahyu, dkk. 2010. ASUHAN KEPEREAWATAN MATERNITAS. Nuha Medika: Yogyajarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar