ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
PADA IBU HAMIL
KONSEP MEDIK
A.
DEFINISI
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
lebih dari normal. Hipertensi merupakan keadaan dengan tekanan diastolic
minimal 90 mmhg atau tekanan sistolik minimal 140 mmhgtau kenaikan sistolik
minimal 30 mmhg atau kenaikan tekanan diastolic minimal 15 mmhg (Gary,1995).
Hypertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hypertensi
yang telah terjadi sebelum hamil ataupun diketemukan sebelum usia kehamilan 20
minggu atau hypertensi yang menetap 6 minggu paska persalinan, apapun yang menjadi sebabnya. (Winardi. B, 1991 : 2)
Penyakit hypertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan
nifas. (Sastrawinata. S, 1984 : 90)
B.
ETIOLOGI
Belum
jelas di ketahui
Factor
resiko yang terkait dengan perkembangan hipertensi pada ibu hamil :
1.
Congenital
2.
Grand
Multigravida
3.
Janin Besar
4.
Kehamilan dengan
janin besar
5.
Morbit Obesitas
C.
KLASIFIKASI HIPERTENSY
Menurut American Committee and Maternal
Welfare yang dikutip oleh Sulaeman Sastrawinata dalam buku Obstetri Patologi
tahun 1981, klasifikasi hypertensi adalah sebagai berikut :
1.
Hypertensi
yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah preeklampsia
dan eklampsia.
2.
Hypertensi
Kronis
Hypertensi sebelum
kehamilan atau penemuan hypertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan
hypertensi ini tetap setelah kehamialn berakhir.
3. Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi atas dasar hypertensi yang kronis.
Pasien dengan hypertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dalam
kehamilan dengan gejala-gejala hypertensi yang naik, proteinuri dan edema serta
kelainan retina.
4. Transient Hypertensi
Hypertesi dalam
kehamilan atau dalam 24 jam pertama dalam nifas pada wanita yang tadinya
normotensi dan yang hilang dalam 10 hari post partum.
D.
PATOFISILOGI
Vasospasme adalah dasar patofisiologi
hipertensi. Konsep ini yang pertama kali dianjurkan oleh volhard (1918),
didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-pembuluh darah halus dibawah kuku,
fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari
perubahan-perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena.
Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi
penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel
endotel berkonstraksi. Perubahan-perubahan ini mungkin menyebabkan
kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel. Kebocoran
ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan fibrinogen, mengendap
di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia
jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan
kerusakan organ lain yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat.
E.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis untuk Hipertensi
ringan dalam kehamilan antara lain :
1.
Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
2.
Proteinuria samar sampai +1
3.
Peningkatan enzim hati minimal
Manifestasi klinis untuk Hipertensi
berat dalam kehamilan antara lain:
1.
Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih
2.
Proteinuria + 2 persisten atau lebih
3.
Nyeri kepala
4.
Gangguan penglihatan
5.
Nyeri abdomen atas
6.
Oliguria
7.
Kreatinin meningkat
8.
Trombositopenia
9.
Peningkatan enzim hati
10.
Pertumbuhan janin terhambat
11.
Edema paru
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan
tekanan daah meningkat
2. USG
3. Laboratorium
Hitung
darah tepi lengkap, trombosit, etrolit serum, ureum, protein, retinin dan asam
urat, hematokrit.
4. Fungsi hati
5. Fungsi ginjal
G.
PENATALAKSANAAN
1. Anjurkan
melakukan latihan isotonic dengan cukup istirahat baring.
2. Hindari konsumsi
garam yang berlebihan.
3. Hindari kafein,
merokok dan alcohol.
4. Diet makanan yang
sehat dan seimbang
5. Lakukan
pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan USG.
6. Pembatasan
aktifitas fisik
7. Kolaborasi
pemberian obat anti hipertensi Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya
memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan
dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi
perhatian.
8. Penundaan
pelahiran pada hiperetensi berat
Wanita
dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada
tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan
pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat
yang jauh dari aterm. Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif
atau “menunggu” terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki
prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.
KONSEP
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Pengumpulan data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji
meliputi :
1.
Identitas pasien
2.
Keluhan utama
3.
Riwayat penyakit sekarang
4.
Riwayat penyakit dahulu
5.
Riwayat penyakit keluarga
6.
Riwayat psikososial
7.
Riwayat maternal
Pengkajian sistem tubuh
Ø B1 (Breathing)
Pernafasan
meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
Ø B2 (Blood)
Gangguan
fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload
jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan
volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin
menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor
pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi
adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan
tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3
dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin.
Ø B3 (Brain)
Lesi
ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan
radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat
mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan
adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka
waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah,
otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub
oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan
(diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah
cerebral.
Ø B4 (Bladder)
Riwayat
penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga
perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan
permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi.
Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel
kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis
hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan
penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
Ø B5 (Bowel)
Makanan/cairan
meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam, protein,
tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya
edema.
Ø B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan
meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat,
nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara
berjalan, parestesia, hipotensi postural
B.
DIAGNOSA
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipovolemi, peningkatan tahanan vaskuler.
2. Perubahan fungsi jaringan berhubungan dengan
hipovolemi, interupsi aliran darah.
3. Resiko cedera ibu berhubungan dengan hipoksia
jaringan, kejang, profik darah abnormal.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolic dan penggantian kehilangan.
C.
INTERVENSI
1.
Penurunan curah jantung
berhubungan dengan hipovolemi, peningkatan tahanan vaskuler.
Ø Pantau tekanan darah dan nadi
Ø Kaji tekanan arteri rata-rata pada gestasi
minggu ke-22
Ø Lakukan tirah baring dengan posisi miring ke
kiri
Ø Pantau parameter hemidinamik invasive
Ø Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antihipertensi
2. Perubahan fungsi jaringan berhubungan dengan
hipovolemi, interupsi aliran darah.
Ø Beri informasi mengenai pencatatan gerakan
janin dirumah setiap hari
Ø Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
aktifitas janin
Ø Tinjau ulang adanya aborsi plasenta
Ø Evaluasi pertumbuhan janin
Ø Pantau DJJ
3. Resiko cedera ibu berhubungan dengan hipoksia
jaringan, kejang, profik darah abnormal.
Ø Kaji adanya masalah SSP
Ø Kaji adanya benda-benda ekslamasi
Ø Lakukan tindakan untuk menurunkan resiko
kejang
Ø Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
sedatipe
4. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolic dan penggantian kehilangan.
Ø Kaji status nutrisi klien
Ø Beri informasi tentang penambahan BB normal
pada kehamilan
Ø Beri informasi tentang efek tirah baring dan
penurunan aktifitas pada kebutuhan protein
Ø Beri informasi tentang tindakan dan penggunaan
protein
D.
EVALUASI
1.
Volume cairan
adekuat
2.
Curah jantung
adekuat
3.
Perpusi jaringan
adekuat
4.
Cidera ibu tidak
terjadi
5.
Perubahan nutrisi
tidak terjadi
6.
Pengetahuan
meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih
Wahyu, dkk. 2010. ASUHAN KEPERAWATAN
MATERNITAS. Nuha Medika: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar